Tradisi Belimbur Erau

          Erau adalah sebuah tradisi budaya yang dilaksanakan setiap tahun di Kecamatan Tenggarong, Kabupaten Kutai Kartanegara, Kalimantan Timur. Erau berasal dari bahasa kutai, Eroh yang artinya ramai, riuh, ribut suasana yang penuh sukacita. Erau dilaksanakan secara adat oleh kesultanan atau kerabat kerajaan dengan maksud tertentu dan diikuti oleh sluruh masyarakat umum dalam wilayah administratif kesultanan. Upacara  adat ini dilaksanakan setahun sekali dan biasanya dilaksanakan ketika pertengahan tahun.

            Upacara ini dilaksanakan di dalam keraton kerajaan dan biasanya upacara adat ini dilaksanakan seminggu. Rangkaian acara ini memiliki tahapan-tahapan seperti, Mendirikan Ayu, Bepelas, menyisiki Lembuswana dan masih banyak lainnya.

Gambar saat rangkaian proses belimbur 

            Prosesi yang unik adalah prosesi penutup, karena seluruh masyarakat sekitar kesultanan merayakannya dengan penuh suka cita, besyukur dan untuk pembersih diri, yaitu Prosesi Berlimbur. Belimbur memiliki filosofi sebagai sarana pembersih diri dari sifat buruk dan unsur kejahatan. Air yang menjadi sumber kehidupan dipercaya sebagai media untuk melunturkan sifat buruk manusia.

            Setelah prosesi Rongga Titi atau prosesi Sultan menuju tepi sungai Mahakam yang didampingi oleh para kerabat, sesampainya di tepian yang telah tersedia balai, Sultan segera duduk di atas Balai menghadap ke Sungai Mahakan yang diapit oleh 7 orang Laki dan 7 orang bini.

Maka selanjutnya, dengan percikannya Air Tulli oleh Sultan kepada hadirin, maka seluruh masyarakat baik di tempat acara, di sepanjang jalan, gang, dari kota hingga ke desa melakukan siram-siraman air atau yang disebut belimbur. Tidak memandang usia, mulai yang tua dan  muda, pria dan wanita basah kuyup menerima siraman air tersebut dan dilarang untuk marah jika terkena air siraman tersebut.

Tradisi ini berkembang menjadi festival penuh suka cita. Selain memiliki nilai filosofi, tradisi ini menjadi tempat menjalin keakraban antarmasyarakat dalam suasana yang jauh dari tata krama formal. Selain itu, bagi para remaja, tradisi ini menjadi ajang hiburan yaitu perang air antar sesamanya yang hanya terjadi setahun sekali.

Komentar

Postingan Populer