FENOMENA KEGELISAHAN "KORBAN BULLYING"
Ilmu
Budaya Dasar
Fenomena
Kegelisahan
“Korban
Bullying”
Disusun
oleh :
Nama : Alika
Putri Amanda
Kelas : 1IA06
NPM : 50417525
TEKNIK
INORMATIKA
FAKULTAS
TEKNOLOGI INDUSTRI
UNIVERSITAS
GUNADARMA
Kata
Pengantar
Dengan
menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha Panyayang, Kami panjatkan
puja dan puji syukur atas kehadirat-Nya, yang telah melimpahkan rahmat,
hidayah, dan inayah-Nya kepada kami, sehingga saya dapat menyelesaikan tugas penulisan Fenomena Kegelisahan “Korban
Bullying”.
Tulisan ini telah saya susun dengan maksimal mungkin. Saya menyadari sepenuhnya bahwa masih ada kekurangan baik dari segi susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karena itu dengan tangan terbuka saya menerima segala saran dan kritik dari pembaca agar kami dapat memperbaiki tulisan ini.
Akhir kata saya berharap semoga tulisan Fenomena Kegelisahan “Korban Bullying” ini dapat memberikan manfaat ataupun pelajaran terhadap pembaca. Terima kasih.
Tulisan ini telah saya susun dengan maksimal mungkin. Saya menyadari sepenuhnya bahwa masih ada kekurangan baik dari segi susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karena itu dengan tangan terbuka saya menerima segala saran dan kritik dari pembaca agar kami dapat memperbaiki tulisan ini.
Akhir kata saya berharap semoga tulisan Fenomena Kegelisahan “Korban Bullying” ini dapat memberikan manfaat ataupun pelajaran terhadap pembaca. Terima kasih.
Depok,
22 April 2018
Penulis
i
Daftar Isi
Kata Pengantar..................................................................................................................... i
Daftar
isi............................................................................................................................... ii
BAB I Pendahuluan
1.1 Latar
Belakang................................................................................................................. 1
1.2 Rumusan
Masalah............................................................................................................ 1
1.3
Tujuan................................................................................................................................1
BAB II Teori
2.1 Bullying..............................................................................................................................2
2.2 Bullying yang terjadi antar teman sebaya..........................................................................2
2.3 Dampak dari bullying.........................................................................................................2
2.4 Mengatasi Bullying.............................................................................................................3
BAB III Pembahasan
3.1 Bullying............................................................................................................................. 4
3.2 Bullying yang terjadi anatar teman sebaya ........................................................................5
3.3 Dampak dari Bullying.........................................................................................................6
3.4 Mengatasi Bullying.............................................................................................................6
BAB IV Penutup
Kesimpulan................................................................................................................................9
Daftar
Pustaka...........................................................................................................................10
BAB
I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Kegelisahan
berasal dari kata “gelisah”. Gelisah artinya rasa yang tidak tentram di hati
atau merasa selalu khawatir, tidak dapat tenang (tidurnya), tidak sabar lagi
(menanti) atau cemas dan sebagainya.
Kegelisahan artinya perasaan keresahan, khawatir, cemas atau takut dan jijik.
Rasa gelisah ini sesuai dengan suatu pendapat yang menyatakan bahwa manusia
yang gelisah dihantui rasa khawatir atau takut.
Kegelisahan
selalu menunjukkan kepada suasana negatif atau ketidak sempurnaan, tetapi
mempunyai harapan. Dikatakan negatif atau ketidaksempurnaan karena menyentuh nilai-nilai kemanusiaan yang
menimbulkan kerugian. Kegelisahan menunjukkan kepada suasana positip dan
optimis karena masih ada harapan bebas dari kegelisahan, yang mendorong manusia
mencari kesempurnaan dan mendorong dan mendorong manusia supaya kreatif.
Salah
satu contoh dari fenomena kegelisahan adalah korban Bullying yang terjadi antar
teman sebaya, dan itu akan menjadi pembahasan saya . karena korban Bullying itu
memiliki rasa yang begitu takut untuk bersosialisasi terutama antar teman
sebaya yang suka membully entah itu fisik atau verbal dan pasti sangat
menyakitkan bagi seorang korban itu.
1.2 Rumusan Masalah
1. Apa
Itu Bullying?
2. Mengapa
Bullying itu sering terjadi antar sebaya?
3. Apa
dampak dari bullying tersebut?
4. Bagaimana
mengatasi bullying tersebut?
1.3 Tujuan
1. Mengetahui
tentang bullying yang terjadi antar sebaya.
2. Mengetahui
dampak-dampak yang terjadi dari korban-korban bullying.
3. Mengetahui
agar bullying iu tidak terjadi.
1
BAB
II
TEORI
2.1
Bullying
Bullying
adalah perilaku agresif yang disengaja yang menggunakan ketidakseimbangan
kekuasaan dan kekuatan. Bullying beda dengan berkonflik. Konflik melibatkan
antagonisme antara dua orang atau lebih. Setiap dua orang memiliki konflik,
perselisihan atau perkelahian sedangkan bullying terjadi dimana ada
ketidakseimbangan kekuatan. Contoh bullying seperti, memukul, menendang,
mendorong, meludah, mengejek, menggoda, penghinaan rasial, pelecehan verbal,
dan mengancam.
Menurut
beberapa ahli, Bullying adalah salah satu bentuk dari perilaku agresi dengan
kekuatan yang dominan pada perilaku yang dilakukan secara berulang-ulang dengan
tujuan mengganggu anak lain atau korban yang lebih lemah darinya.
Bullying
terjadi jika seseorang atau sekelompok orang mengganggu atau mengancam
keselamatan dan kesehatan seseorang baik secara fisika maupun psikologis,
mengancam properti, reputasi atau penerimaan sosial seseorang yang dilakukan
secara berulang-ulang dan terus-menerus. Sehingga para pembully merasa dirinya
bahagia atau ia merasa mendapatkan kepopularitasan di sebuah tempat sehingga
ditakuti oleh orang-orang di tempat itu , padahal itu adalah sebuah kesalahan
dan sesungguhnya para pembully ini akan dibenci oleh orang-orang yang tidak
setuju atas perilakunya.
2.2
Bullying yang terjadi antar teman sebaya.
Bullying
ini sering terjadi antar teman sebaya, biasanya masa-masa remaja dan sering
terjadi di lingkungan sekolah atau kampus. Ketika usia remaja, biasanya kita
lebih banyak menghabiskan waktunya diluar rumah. Pada masa remaja memiliki
untuk tidak lagi terlalu bergantung pada keluarganya dan mulai mencari jati
dirinya, dukungan dan rasa aman dari kelompok sebayanya, oleh karena itu salah
satu faktor yang sangat besar dari perilaku
bullying pada remaja disebabkan oleh teman sebaya yang memberikan
pengaruh negatif dengan cara memberikan ide baik secara aktif maupun pasif
bahwa bullying tidak akan berdampak apa-apa dan merupakan suatu hal yang wajar
dilakukan.
Tindakan
bullying yang sering terjadi antar teman sebaya biasanya mengolok-ngolok fisik
seseorang yang berbeda, misalnya terlalu kurus, terlalu gendut, memiliki kulit
gelap, dan lain sebagainya, sehingga para kelompok pembully ini memberikan
sebuah julukan yang mereka anggap lucu padahal itu sangat menyakitkan bagi
seorang korban bullying tersebut.
2.3
Dampak dari Bullying
Dampak dari Bullying tersebut adalah membuat para korban
merasa benci dirinya sendiri atau menganggap dirinya tidak ada artinya, mereka
merasakan ketakutan atau kegelisahan menghadapi dunia luar sehingga mereka
mengurung diri di Rumah sehingga ia menjadi enggan untuk bersosialisasi
sesamanya, mereka juga akan merasa depresi dan stress yang mempengaruhi
kesehatan mereka dan bahkan kemampuan otaknya dalam mengikuti pelajaran menjadi
menurun.
2
Yang paling parah adalah banyak sekali yang memutuskan untuk melakukan
bunuh diri sebagai jalan pintasnya, karena ia tidak tahan lagi atas bullying
yang ia terima oleh sesama temannya.
2.4
Mengatasi Bullying
Cara mengatasi lebih tepatnya mencegah dan menghambat
munculnya tindakan kekerasaan di kalangan remaja, diperlukan peran dari semua
pihak yang terkait dengan lingkungan kehidupan remaja.
Sedini mungkin, anak-anak memperoleh lingkungan yang
tepat. Keluarga-keluarga semestinya dapat menjadi tempat yang nyaman untuk anak
dapat mengungkapkan penglaman-pengalaman dan perasaa-peasaaannya. Orang tua
seharusnya mengevaluasi pola interaksi yang dimiliki selama ini dan menjadi
model yang tepat dalam berinteraksi yang dimiliki selama ini dan menjadi model
yang tepat dalam berinteraksi dengan orang lain.
Berikan penguatan atau pujian pada perilaku pro sosial
yang ditunjukkan oleh anak. Selanjutnya dorong anak untuk mengembangkan bakar
atau minatnya dalam kegiatan-kegiatan dan orang tua tetap harus dalam
berkomunikasi dengan guru jika anak menunjukkan adanya masalah yang bersumber
dari sekolah. Karena selama ini, kebanyakan guru tidak terlalu memperhatikan
apa yang terjadi dianatara murid-muridnya. Sehingga penting bagi guru memiliki pengetahuan
mengenai pencegahan dan cara mengatasi bullying
3
BAB
III
PEMBAHASAN.
3.1 Bullying
Bullying
adalah salah satu bentuk dari perilaku agresi dengan kekuatan domiana pada
perilaku yang dilakukan secara berulang-ulang dengan tujuan mengganggu anak
lain atau korban yang lebih lemah. Victorian Departement Of Education and Early
Development mendifinisikan bullying terjadi jika seseorang atau sekelompok
orang mengganggu antat mengancam keselamatan dan kesehatan seseorang baik fisik
maupun psikologis, mengancam properti, reputasi atau penerimaan sosial
seseorang serta dilakukan dengan cara berulang-ulang atau terus-menerus.
Bullying
merupakan permasalahan yang sudah mendunia, tidak hanya menjadi permasalahan di
Indonesia saja tetapi juga di negara-negara maju seperti Amerika Serikat dan
Jepang. Dari data National Mental Health and Education Center tahun 200 di
Amerika diperoleh data bahwa bullying merupakan bentuk kekerasaan yang umumnya
terjadi dalam lingkungan sosial antara 15% dan 30% siswa adalah pelaku bullying
pelaku bullying dan korban bullying.
Kita
sering melihat aksi anak-anak mengejek, mengolok-ngolok atau mendorong
temannya. Perilaku tersebut serign terlihat dianggap biasa aja, padahal hal
tersebut sudah termasuk perilaku Bullying. Namun, kita sering tidak menyadari
konsekuensi yang terjadi jika anak itu mengalami Bullying. Oleh sebab berbagai
pihak harus bisa memahami apa dan bagaimana bullying itu sehingga dapat secara
komprehensif melakukan pencegahan pada akibat yang tidak diinginkan.
Bullying
adalah pengalaman yang biasa dialami oleh banyak anak-anak dan remaja di
Sekolah. Bullying terdiri dari perilaku langsung seperti menejek, mengancam,
mencela, memukul dan merampas hak korban yang dilakukan oleh satu siswa atau
lebih.
Selain
itu bullying juga dapat berupa perilaku tidak langsung, misalnya dengan
mengisolasi atau dengan sengaja menjauhkan seseorang yang dianggap berbeda,
seperti seseorang yang terlalu gendut, seseorang yang sangat kurus, memiliki
kulit yang berbeda bahkan ras dan agama yang berbeda. Jadi pada intinya, baik
Bullying langsung atau tidak langsung merupakan bentuk intimidasi fisik maupun
psikologis yang terjadi berkali-kali membentuk pola kekerasan, sehingga korban
memilik rasa takut atau gelisah dan
trauma jika bertemu seseroang pembully tersebut.
Bentuk-bentuk
bullying antara lain sebagai berikut:
1.
Bullying fisik, contohnya memukul,
menjegal, mendorong, meninju, menghancurkan barang kobannya, mengancam secara
fisik, memelototi dan mencuri barang.
2.
Bullying psikologis, contohnya
menyebarkan gosip, mengancam, gurauan yang mengolok-ngolok, secara sengaja
mengisolasi seseorang, mendorong orang lain untuk mengasingkan seseroang secara
sosial dan menghancurkan reputasi seorang korban.
4
3.
Bullying verbal, contohnya menghina,
menyindir, meneriaki dengan kasar, memanggil dengan julukan nama keluarga,
kecacatan, fisik berbeda atau ketidakmampuannya. Contoh, “Ehh gempa-gempa ada
si gendut!”
Bullying
bisa terjadi di tempat-tempat berikut ini:
1.
Terjadi pada situasi di mana pengawasan
yang kurang dewasa, seperti di kamar mandi sekolah, jalan masuk kelas dan
tempat bermain.
2.
Sering terjadi di tempat bermain dari
pada di kelas.
3.
Tempat bermain yang biasanya tidak
diawasi oleh guru atau orang dewasa, juga sulit untuk dideteksi karena
tingginya aktivitas bermain anak-anak di lapngan dan sering dikira sebagai
salaah satu bentuk permainan anak-anak.
4.
Di setiap sekolah bahkan tingkat
perguruan tinggi pasti ada bullying terjadi.
3.2 Bullying yang terjadi antar teman
sebaya
Masa
remaja merupakan suatu fase perkembangan antara masa kanak-kanak dan masa
dewasa. Pada masa ini, remaja akan melalui fase di mana mereka mencapai
kematangan emosi, sosial, fisik dan psikis, di mana mereka mencari jati diri
mereka. Bila proses pencarian jati diri ini gagal, maka yang terjadi adalah
remaja mulai meragukan peranan dan fungsi dirinya di tengah masyarakat.
Akibatnya, mereka cenderung memiliki sifat menonjolkan diri, suka bermusuhan,
egoistik, merendahkan orang lain, dan berburuk sangka.
Tidak
bisa dipungkiri bahwa saat ini kekerasaan terhadap anak atau remaja yang
dikenal dengan istilah bullying antar teman sebaya yang semakin marak saat ini.
Mereka yang menjadi korban bullying kemungkinan akan menderita depresi dan
kurang percaya diri, yang mana pada akhirnya korban bullying menjadi kesulitan
dalam bergaul.
Di
era modern ini selain Bullying secara fisik dan verbal, ada namanya
cyberbullying, Bullying ini dilakukan dengan menghina, menyindir atau
berkata-kata kasar melalui media sosial. Jadi, tanpa bertemu korbannya langsung
seorang pembully bisa dengan bebasnya membully korbannya tersebut.
Faktor-faktor
penyebabnya terjadi bullying antara lain:
-
Faktor Keluarga
Anak
yang melihat orang tuanya atau saudaranya melakukan bullying sering akan
mengembangkan perilaku bullying juga. Ketika anak merima pesan negatif berupa
hukuman fisika di rumah, mereka akan mengembangkan konsep diri yang negatif,
yang kemudian
Penelitian
menunjukkan bahwa kasus bullying sering sekali terjadi di sekolah. Bullying
terjadi karena minimnya pengawasan pada waktu istirahat, peraturan terhadap
kasus bullying tidak konsisten ditegakkan dan pemahaman atau persepsi yang
berbeda antara antara guru dan siswa dalam menghadapi kebiasaan bullying.
Terkait hal ini, sekolah perlu menggiatkan
5
pengawasan dan pemberian sanksi
secara tepat agar kasus sepeti ini tidak terjadi lagi dan menjamin rasa aman bagi
anak lainnya.
Maka
dari itu, fenomena bullying ini sepatutnya menjadi perhatian. Sebagai upaya
mencegah tindakan bullying, maka perlu adanya perhatian dari keluarga dan
pihak-pihak terkait, yang mana dalam hal ini adalah pihak sekolah. Anak-anak
dan kaum remaja memiliki jiwa yang masih labil sehingga mereka membutuhkan
bimbingan terutama dari para orang tua, keluarga dan sekolah.
3.3 Dampak dari Bullying
Hasil
studi yang dilakukan National Youth Violence Prevention Resource Center Sanders
(2003; dalam Anesty, 2009) menunjukkan bahwa bullying dapat membuat remaja
merasa cemas dan ketakutan, mempengaruhi kosentrasi belajar di sekolah dan
menuntun mereka untuk menghindari sekolah.
Bila
bullying berlanjut dalam jangka waktu yang lama, dapat mempengaruhi self-estem
siswa, meningkatkan isolasi sosial, memunculkan perilaku menarik diri,
menjadikan remaja rentan terhadap stress dan depresi, serta tidak aman. Dalam kasus yang lebih ekstrim, bullying
dpaat mengakibatkan remaja berbuat nekat, bahkan bisa membunuh atau melakukan
bunuh diri.
Coloroso(2006)
mengemukkan bahayanya jika bullying menimpa korban secara berulang-ulang. Konsekuensi
bullying bagi para korban, yaitu korban akan merasa depresi dan marah, ia marah
terhadap orang-orang di sekitarnya dan terhadap orang dewasa yang tidak mampu
lagi muncul dengan cara-cara yang konstruktif untuk mengontrol hidupnya, ia
mungkin akan mundur lebih jauh lagi ke dalam pengasingan.
Terkait
dengan konsekuensi bullying, penelitian Banks(1993, dalam Northwest Regional
Educational Laboratory, 2001; dan salam anesty, 2009) menunjukkan bahwa
perilaku bullying berkontribusi terhadap rendahnya self-esteem, tingginya
depresi, tingginya kenakalan remaja dan kejahatan orang dewasa. Dampak negatif
bullying juga tampak pada penurunan skor tes kecerdasan (IQ) dan kemmapuan
analisis siswa. Berbagai penelitian juga menunjukan hubungan antara bullying dengan
meningkatnya depresi dan agresi.
Jadi,
Dampak Bullying secara umum bagi si korban bullying tersebut adalah memiliki
masalah emosi, akademik dan perilaku jangka panjang. Selain itu, cenderung
memiliki harga diri yang rendah, lebih merasa tertekan, suka menyendiri, cemas
dan tidak aman.
3.4 Mengatasi Bullying
a. Penanganan
bagi diri sendiri
-
Berani melawan
Pelaku
pembully biasanya ingin eksistensinya diakui oleh banyak orang. Mereka merasa
dirinya yang paling kuat, paling cantik, paling pintar dan sebagianya.
-
Cari tempat untuk sharing
6
Kita
sebagai korban bullying sangat butuh tempat sharing untuk menyampaikan
perasaan. Mencurhakan uneg-uneg dan kekesalan kamu. Sahabat adalah salah satu
tempat sharing yang terbaik.
-
Laporkan kepada yang memiliki kewenangan
Jika
kita menjadi korban bullying di sekolah atau dikampus. Maka kamu harus segera
melaporkannya dan melakukan konseling kepada pihak berwenang di sekolah atau
kampus tersebut. Misalnya wali kelas, bidang kesiswaan atau kepala sekolah.
-
Laporkan kepada orang tua
Jika
pihak sekolah atau kmpus tidak bisa mengatasi bullying tersebut. Maka kamu
dapat meaporkan hal ini kepada orang tua. Ortu biasanya dapat memaksa pihak
sekolah sgar bisa lebih intensif dalam menangani kasus bullying.
-
Percaya diri
Setiap
orang memiliki kekurangan dan kelebihan. You must accept that! Meskipun orang
lain mencoba menjatuhkan harga diri kamu dengan menyebut kekurangan-kekurangan
kita. Maka kita harus selalu ingat bahwa kita memiliki kelebihan di sisi lain.
Selain
itu, untuk menambah rasa percaya diri pada saat harus berurusan dengan bullying
di sekolah terutama bullying fisik. Maka ada baiknya kamu melakukan latihan
fisik seperti nge-gym atau mengikuti bela diri.
b. Penangan
bagi orang tua/ wali
-
Pihak orang tua turut ikut campur di
saat yang seringkali anak menjadi korban intimidasi atau bullying tidak senang
kalau orang tuanya turut ikut campur. Situasinya menjadi paradoksal; anak
menderita karena dintimidasi, tapi dia takut akan lebih menderita lagi kalau
orang tuanya turut campur. Karena para pelaku bullying akan mendapat ‘bahan’
tambahan, yaitu mencap kobannya sebagai “anak manja”. Oleh karena itu, orang
tua mesti benar-benar mempertimbangkan saat yang tepat ketika memutuskan untuk
ikut campur menyelesaikan masalah si anak.
-
Ada beberap indikator orang tua ikut
campur yaitu: bial masalah si anak tak kunjung terslesaikan, kasus bullying si
anak berulang-ulang, kalau kasus bullying berupa pemerasan, melibatkan uang
dalam jumlah cukup besar, ada indikasi bahwa prestasi belajar anak mulai
terganggu dan menurun.
-
Orang tua berbicara dengan orang atau
pihak tertentu yang jika sudah memutuskan untuk ikut campur dalam menyelesaikan
masalah, maka pertimbangkan dengan tenang apakah akan langsung berbicara dengan
pelaku intimidasi atau bullying, orang tuanya, atau gurunya. Jangan mengajarkan
anak menghindar dari dalam beberapa kasus, anak-anak kadang merespon intimidasi
yang dialaminya di sekolah dengan minta pindah atau malah berhenti sekolah. Kalau
dituruti, itu sama saja dengan lari dari masalah. Jadi, sebisa mungkin jangan
dulu dituruti. Kalau ada masalah di sekoalh, masalah itu yang mesti
diselesaikan, bukan ‘lari; ke sekolah lain atau ke tempat lain.
c. Penanganan
bagi pihak sekolah
Saling
bekerja sama anatar pihak sekolah dan stuktur komite sekolah (guru maupun
staff) dan meminta mereka membantu dan mengamati bila ada perubahan emosi atau
fisik anak murid
7
mereka misalnya sering terlihat ketakutan atau terlihat babak
belur pergi sekolah. Mewaspadai perbedaan ekspresi agresi dan interaksi yang
berbeda yang ditunjukan dengan teman-teman sebaya atau teman sepergaulan si
murid atau teman sekelas dengan cara mencermati tiap cerita mereka ketika
sedang berteman. Mewaspadai perubahan atau perilaku yang tidak biasanya. Meminta
bentuan pihak ketiga yang ahli (psikolog atau ahli yang profesional) untuk
menangani bila ditemukan kasus tindakan bullying di sekolah anatar siswa-siswa
sendiri.
8
BAB IV
PENUTUP
Kesimpulan
Bullying
adalah salah satu bentuk dari perilaku agresi dengan kekuatan yang dominan pada
perilaku yang dilakukan secara berulang-ulang dengan tujuan mengganggu anak
lain atau korban yang lebih lemah darinya. sehingga membuat para korban merasa benci
dirinya sendiri atau menganggap dirinya tidak ada artinya, mereka merasakan
ketakutan atau kegelisahan menghadapi dunia luar sehingga mereka mengurung diri
di Rumah sehingga ia menjadi enggan untuk bersosialisasi sesamanya, mereka juga
akan merasa depresi dan stress yang mempengaruhi kesehatan mereka dan bahkan
kemampuan otaknya dalam mengikuti pelajaran menjadi menurun.
9
DAFTAR PUSTAKA
10
Komentar
Posting Komentar